Schizophrene

Skizofren adalah gangguan otak 
Skizofrenia adalah gangguan jiwa yang termasuk dalam kelompok gangguan neurokognitif di mana terjadi gangguan dalam proses pikir dan persepsi. Dalam sejarahnya oleh Emil Kraepelin pada awal tahun 1900, gangguan ini diistilahkan sebagai “dementia praecox” yaitu suatu kondisi menyerupai demensia dengan gangguan yang menonjol pada kognisi yang terjadi sebelum waktunya karena banyak mengenai orang-orang usia muda. Pada tahun 1911, oleh Alfred Bleuler, istilah tersebut kemudian digantikan dengan “skizofrenia” yang ditandai dengan empat gejala A yang menonjol (Asosiasi yang abnormal, gangguan Afek, Autisme, dan Ambivalensi). Seseorang dikatakan menderita skizofrenia jika gejala-gejala skizofrenia sudah dialami sekitar sekurangnya 1 bulan dan gejala menetap sekurangnya selama 6 bulan. Jika kurang dari itu maka orang tersebut dikatakan menderita psikotik akut atau lir-skizofrenia.


Jumlah penderita skizofrenia adalah sekitar 1% dari total populasi dunia. Sedangkan di Amerika diketahui bahwa setiap satu dari seratus orang penduduk berisiko untuk menderita skizofrenia. Sebuah angka yang besar namun dari jumlah tersebut, hanya sebagian kecil yang mendapatkan perawatan dan tatalaksana yang tepat. Jumlah pasti penderitanya di Indonesia, belum diketahui hingga sekarang. Pada pria, onset gangguan ini umumnya bermula pada usia awal dua puluhan sedangkan pada wanita bermula pada akhir tiga puluhan. Sedangkan jumlah penderitanya sendiri seimbang pada kelompok pria dan wanita. Juga tidak ditemukan perbedaan dalam kelompok ras yang berbeda-beda.


Hingga saat ini terdapat lima subtipe skizofrenia menurut klasifikasinya, pembagian kelompok klasifikasi ini didasarkan atas gejala yang dominan secara klinis. Lima subtipe tersebut adalah skizofrenia paranoid, skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, skizofrenia residual. Masing-masing dari tipe akan kita bahas lebih lanjut pada bagian gambaran klinis skizofrenia.


Penyebabnya adalah
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan awal timbulnya skizofrenia. Secara biologis dikatakan bahwa skizofrenia mungkin timbul akibat keabnormalan dalam perkembangan struktur otak. Hal ini terutama disebabkan akibat komplikasi yang dialami ibu selama masa kehamilan dan beberapa gangguan neurologis bawaan. Skizofrenia juga berkaitan dengan faktor kecukupan gizi ibu pada masa kehamilan, beberapa penelitian terdahulu menunjukan bahwa seorang anakyang dilahirkan dari ibu dengan gizi buruk pada masa kehamilan memiliki kemungkinan menderita skizofrenia dua kali lipat lebih tinggi.


Teori kedua dari kelompok biologis adalah hipotesis dopamin yang mengatakan bahwa skizofrenia terjadi akibat ketidakseimbangan kadar neurotransmitter dopamin di otak. Penelitian yang diadakan pada penderita skizofrenia menunjukan bahwa kadar dopamin ternyata berlebihan di daerah mesolimbik yang mengatur emosi. Akibat tingginya kadar dopamin pada daerah tersebut menyebabkan timbulnya gejala-gejala positif skizofrenia, yaitu kumpulan gejala yang berlebihan dibandingkan orang normal seperti waham dan halusinasi. Saat ini dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dan penelitian mengenai otak dan struktur-strukturnya, diketahui bahwa selain dopamin, beberapa neurotransmiter lain ikut berperanan dalam gejala-gejala yang muncul pad skizofrenia, di antaranya serotonin, norepinephrine, dan GABA.


Teori terakhir tentang skizofrenia menunjukan bahwa gangguan jiwa ini dapat diturunkan secara genetik. Keluarga generasi pertama dari penderita skizofrenia memiliki kemungkinan sepuluh kali lipat lebih besar untuk menderita gangguan yang sama. Sedangkan pada keluarga generasi kedua dan ketiga, kemungkinan ini berkurang jauh. Pada anak kembar satu telur, kemungkinan bahwa anak kedua menderita skizofrenia setelah salah satunya menderita skizofrenia adalah sekitar 50 persen. Sedangkan pada anak kembar yang berasal dari dua telur, kemungkinan ini berkurang jauh sekali.

faktor genetik 
obat-obat tertentu 
stress 
virus

Ciri-ciri skizofren
  • Delusi : Keadaan menganggap sesuatu nyata padahal tidak nyata. Misalnya merasa ada orang yang ingin berusaha melukai dirinya, perasaan semua hal yang terjadi disekitarnya merupakan suatu pertanda yang sebenarnya tidak ada kaitannya, merasa diri adalah reinkarnasi tokoh yang berpengaruh dan mempunyai kekuatan luar biasa, bisa melihat makhluk asing dan merasa dirinya dikontrol makhluk itu
  • Halusinasi : Merasa mendengar melihat bayangan aneh padahal itu tidak nyata
  • Bicara tidak teratur : karena daya konsentrasinya rendah
  • Tingkah laku aneh : misalnya berputar-putar di tempat-tempat yang sama, memungut barang-barang aneh di jalan,
  • Sikap tidak beraturan : sulit mencapai aktivitas yang berorientasi pada tujuan, tidak dapat mengurus dirinya sendiri
  • Susah tidur
  • Gangguan Emosional : emosi naik turun  kadang marah atau tertawa tanpa sebab
  • Sering Curiga 
  • Ketergantungan pada obat-obat tertentu
  • Takut di tempat ramai dan menarik diri dari tempat ramai

Peranan keluarga dalam timbulnya Skizofrenia

Penelitian terdahulu dari skizofrenia menunjukan bagaimana keluarga sangat berperanan dalam memicu timbulnya skizofrenia. Pola relasi interpersonal yang buruk antara ibu dan anak pada masa kecil akan memperbesar kemungkinan seorang anak untuk menderita skizofrenia pada usia dewasanya. Pola asuh yang buruk akan menghasilkan kepercayaan diri yang rendah dari anak sehingga pada masa dewasanya ketika menghadapi masalah, ia akan lebih senang untuk masuk ke dunia khayalannya dibandingkan menghadapi kenyataan.


Menurut Theodore Lidz, terdapat dua pola keluarga yang abnormal pada skizofrenia. Pada tipe keluarga pertama, jelas terdapat perpecahan pola asuh di antara kedua orang tua yaitu salah satu orang tua terlalu dekat dengan anak yang berasal dari gender yang berbeda. Sedangkan pada tipe keluarga kedua, hubungan yang buruk antara anak dan salah satu orang tua melibatkan power struggle antara kedua orang tua dan berakhir dengan dominansi salah satu orang tua. Kedua pola keluarga tersebut akan menghasilkan anak dengan kapasitas adaptasi yang buruk terhadap dunia di sekitarnya.


Penelitian lain menujukan keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi meningkatkan kemungkinan seseorang menderita skizofrenia. Pada pasien-pasien dengan skizofrenia, kemungkinan untuk mengalami kekambuhan gejala amat besar jika ia memiliki keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi. Ekspresi emosi yang tinggi ini di antaranya kritik, hostilitas, dan perilaku ikut campur yang berlebihan. Ekspresi emosi bukan hanya melibatkan bahasa verbal yang dikatakan saja melainkan juga sikap bagaimana hal tersebut dikatakan.


Ilustrasi Kasus Klinis


Tn. B adalah seorang pria single berusia 26 tahun.Dua bulan lalu, ia baru saja putus dari pacarnya yang sudah dipacarinya selama 5 tahun dan sudah berencana untuk menikah tahun depan. Semenjak putus dari pacarnya, ia menjadi pendiam dan banyak mengurung diri di kamar. Kondisi ini berlangsung dalam jangka waktu lama dan sejak satu bulan lalu menurut keluarganya, ia berubah. Tn.B tidak mau mengurus dirinya sendiri, tidak mau makan dan tidak mau mandi. Untuk makan Tn.B sampai perlu dipaksa oleh keluarganya, ia selalu curiga bahwa makanan yang diberikan pada dirinya mengandung racun hingga ia mati-matian menolak untuk makan makanan tersebut padahal makanan tersebut dimasak langsung oleh ibunya sendiri. Ia hanya mau makan jika membeli di luar, itu pun jika makanan itu dibelinya sendiri. Tn.B juga sering kali nampak melamun dan jika diajak bicara kadang-kadang menjawab tidak sesuai dengan ditanyakan. Pembicaraannya kacau dan tidak dapat dimengerti oleh orang-orang di sekitarnya. Ia berkali-kali marah tanpa alasan yang jelas dan membawa-bawa pisau di dalam rumah. Perilakunya ini menyebabkan keluarganya ketakutan dan ketika ayahnya bertanya mengapa ia melakukan hal itu, ia mengatakan mendengar suara orang yang menyuruhnya. Beberapa kali keluarganya memergoki bahwa ia tidak tidur di malam hari dan kadang-kadang mengatakan ia ketakutan karena ada mahluk halus di dalam kamarnya. Pada satu kesempatan, Tn.B nampak berbicara sendiri seperti bercakap-cakap dengan orang yang tidak kelihatan. Karena perilakunya mengancam orang-orang di sekitarnya, akhirnya Tn.B dibawa ke psikiater dan dari pemeriksaan diketahui bahwa bibinya dari pihak ayah mengalami gejala serupa dengan Tn.B.

Comments

Popular posts from this blog

Perasaan orang yang lahir terlambat

7 Chakra

Zodiac berdasarkan Jenis